Ketimpangan pembangunan Pulau Lombok dan Sumbawa nyata. Pulau Lombok Nampak lebih maju infrastruktur dan fasilitas umum, tetapi Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) NTB berdasar bidang usaha justru ditopang dari Pulau Sumbawa.
NTB terdiri dari 2 pulau. P Lombok dan Sumbawa, Ibukota Mataram di Lombok. Penduduk 5,3 juta jiwa. 75% bermukim di P Lombok sisanya di P Sumbawa yang justru luasnya 3 kali P Lombok. Ketimpangan populasi penduduk, kemiskinan dan stunting juga lebih besar di P Lombok sejak provinsi ini berdiri 1958.
Zul-Rohmi – (Dr. Zulkieflimansyah dan Dr Sitti Rohmi Djalilah)/Gubernur dan wakil gubernur, memulai memimpin 2018-2023 (September) pun mewarisi kondisi tersebut. Data BPS tingkat kemiskinan 14,63% (2018) setara dengan 737,460 ribu orang dominan berada di P Lombok sekitar 440 ribu jiwa. Tertinggi di Lombok Timur 190 ribu jiwa, terendah Kota Bima 16,22 ribu jiwa.
Fakta lain, angka stunting 16,84%. Tinggi. Diterjang bencana gempa 2018 recovery total baru 2 tahun kemudian. Menyusul covid-19 lebih dari 2,5 tahun. Walhasil sebagian waktu pasangan ini dalam kondisi tidak baik2 saja.
Mengapa menyebut-nyebut bencana gempa dan covid ? Sesungguhnya adalah fakta yang tidak bisa diabaikan karena mempengaruhi banyak hal, tidak adil rasanya jika dihitung sebagai keadaan normal.
PDRB NTB dari bidang usaha Rp 156,9 T. Tiga urutan paling tinggi kontribusinya berasal dari kapitalisasi Pertanian (perikanan, peternakan, kehutanan) 21,39%. Menyusul Pertambangan dan galian 20,37 %. Perdagangan besar dan eceran 13,85%. Dua bidang di atas bersumber dari P Sumbawa. Sementara belasan sub bidang lain tersebar di P Lombok dan Sumbawa nilainya masing2 jauh lebih kecil.
Bidang pertanian khusus sub perikanan misalnya sebagian berasal dari Teluk Saleh P Sumbawa, baik ikan tangkapan maupun budidaya rumput laut capai Rp 15,1 T tahun lalu. Sub jagung dari 2 juta ton (2022) yang dihasilkan NTB, 70% berasal dari P Sumbawa. Peternakan pun masih didominasi P Sumbawa berupa sapi. Sub gabah kering giling Lombok sedikit berada di atas P. Sumbawa, akibat produktivitas lahan pertaniannya lebih baik. Sementara Sumbawa tingkat produktifitas masih di bawah 50% (NTB dalam Angka 2023).
Di Bidang pertambangan emas, perak tembaga dan mineral lainnya, yang menempati urutan kedua PDRB, lebih 95-an persen berasal dari P Sumbawa (Kab. Sumbawa Barat). Sementara perdagangan besar dan eceran didominasi dari P Lombok/ibukota provinsi.
ketimpangan mulai dari populasi penduduk yang hanya 25% berada di P Sumbawa, sudah pasti mempengaruhi PDRB dari sisi belanja rumahtangga, mempengaruhi perolehan pajak dan retribusi yang merupakan tulang punggung Pendapatan Asli Daerah (PAD).
PDRB indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha, dan unit ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah (BPS NTB).
Akibat minimnya PAD P. Sumbawa membuat infrastruktur jalan, jembatan dan fasilitas umum yang mustinya di biayai kas daerah terbengkalai. Gubernur NTB misalnya kemudian mengajak semua Kepala daerah se NTB “menggeruduk” Menteri PUPR akhir 2022. Hasilnya masing2 memperoleh Rp 20 milyar kemudian dapat menyambung beberapa ruas jalan kabupaten/kota dan fasilitas umum.
Sebagai sebuah daerah terbelakang dan tingkat kemiskinan yang tergolong tinggi rasanya memang perlu pengungkit yang luar biasa untuk bisa mengejar tertinggal dari daerah lain. Gubernur NTB yang juga Doktor Ekonomi Industri, di Department of Economics, University of Strathclyde, Glasgow, UK dalam berbagai kesempatan bahwa perlu cara yang tidak biasa untuk bangkit dan mengejar tertinggal dari daerah lain dan itu pasti tidak mudah.
Siasat Zul Rohmi mendapat perhatian pusat adalah menginisiasi sejumlah event internasional. “Kita terpaksa menyelenggarakan Motor GP, MXGP dan event internasional.” katanya suatu kesempatan.
Dengan cara itulah pusat menggelontorkan anggaran untuk menaikkan kelas rumahsakit bertaraf internasional, bandara dan pelabuhan laut diperluas dan dilengkapi. Jalan2 jembatan diperbaiki dan diperlebar, jaringan komunikasi ditingkatkan, fasilitas umum ditata. Banyak benefit peroleh daerah.
Sejumlah publikasi telah menunjukkan dampak positif, baik pada positioning branding pariwisata, maupun memicu bangkitnya sejumlah sektor ekonomi yang “lumpuh” akibat covid 19. Tercatat hingga triwulan IV 2022 pertumbuhan ekonomi NTB 7,04 % melampaui Nasional 5,3 % dan presentase kemiskinan turun menjadi 13,82%.
Mengurangi disparitas pembangunan P Sumbawa dan Lombok yang telah berlangsung puluhan tahun memang bukan pekerjaan mudah. Namun pondasi telah dibangun pada periode 1 Zul Rohmi. Di bidang SDM misal ‘mencetak’ 1000 cendikia melalui pemberian beasiswa seribu orang dari berbagai strata yang segera menyambut bonus demografi NTB 2025-2030. Dimana jumlah, masyarakat produktif akan sangat mendominasi.
Selama masih ada ketimpangan pembangunan P Lombok dan Sumbawa akan selalu menjadi “mesiu” sejumlah aktivitas untuk terus memelihara semangat pembentukan Propinsi P Sumbawa, terpisah dari P Lombok dengan tujuan agar keduanya dapat melaju lebih kencang tanpa saling membebani satu sama lain. (Mada Gandhi)