Sumbawa, Bintangtv.id – Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB Julmansyah menyebut tiga faktor penyumbang emisi terbesar di Kabupaten Sumbawa, yakni sampah, pertanian dan kehutanan.
Pada sektor pertanian, khususnya disebabkan bukaan lahan dari monokultur jagung. Karena itu ia mendorong pemerintah untuk melakukan moratorium izin corn dryer selama mereka tidak memiliki lahan inti.
“Saya kira Pemda harus mengambil kebijakan moratorium corn dryer. Karena selama mereka tak punya lahan inti maka akan terus terjadi ekspansi kawasan hutan. Sementara kita membutuhkan air,” jelasnya.
Kalau kemudian jagung sudah sampai hulu DAS katanya, maka akan ada korban berikutnya. Begitu suplay air ke bendungan kecil karena hancurnya hulu, maka yang berubah pola tanam, daya beli masyarakat rendah, kemiskinan ekstrem dan semuanya terus saling terkait.
“Tetapi regulator juga harus bekerja lebih baik dengan cara seluruh Corn Dryer yang ada di Sumbawa itu diwajibkan darimana asal usul sumber bahan bakunya. Sehingga corn dryer harus punya lahan inti. Dengan cara seperti itu kita bisa mengurangi niat orang merambah hutan demi jagung. Karena kalau corn dryar sudah menerima dari lahan bukan inti otomatis orang pelan-pelan akan berhenti nanam jagung,” terangnya.
Dikatakannya, selama rasio tenaga kehutanan dengan luas rasio luasnya belum seimbang, maka cukup berat bisa mengandalkan manusia untuk menjaga hutan.
“Sudah saatnya ke arah pembangunan yang berkelanjutan yang memperhatikan sektor lingkungan sebagai sektor pembangunan yang penting bagi kita,”imbuhnya. (01)