Sumbawa, Bintangtv.id- Hari ini, masyarakat di Sumbawa atau Tana Samawa, menunjukkan kematangan dalam menyikapi perbedaan pandangan politik dan agama dalam proses pemilihan presiden dan legislatif.
Masyarakat dituntut untuk menghormati kebebasan memilih calon presiden dan perwakilan di legislatif tanpa memaksa pilihan kepada orang lain. Masyarakat di Tana Samawa menghadapi proses politik, pertentangan pilihan calon tidak memutus tali persaudaraan dan nilai agama yang dianut.
Ustadz Lahmuddin, Sekretaris Masjid Agung Nurul Huda Kabupaten Sumbawa, mengingatkan bahwa kebebasan memilih calon presiden adalah hak yang dilindungi negara. Masyarakat diajak untuk menilai dengan akal sehat, mendengarkan hati nurani, dan menjalani proses istiharoh sebelum menentukan pilihan politiknya.
Pentingnya menjaga kedamaian dan tali persaudaraan juga menjadi sangat penting. Warga diingatkan untuk tidak memutus hubungan dengan saudara, teman, atau keluarga hanya karena perbedaan pilihan politik. Konsep “Harmoni Pilihan” menjadi inti pesan, mengajak masyarakat untuk menjalani proses politik dengan penuh kedewasaan dan toleransi.
“Saat ini kita sedang berada di tahun Politik yaitu proses penentuan calon sampai dengan pemilihan presiden dan wakil presiden. Semua warga berhak menentukan pilihannya, tidak ada yang boleh memaksa pilihan saudaranya sendiri. Kita berhak memilih calon yang kita anggap bisa mengemban amanah paling baik di antara calon yang lain. Dalam memilih, marilah kita kedepankan akal sehat kita masing-masing. Mari kita menengok dan bertanya bagaimana jawaban hati nurani kita, kemudian setelah melalui istiharoh dan perenungan yang mendalam, tanpa ada yang boleh menghalangi, setiap warga yang sudah cukup umur dipersilahkan menggunakan haknya untuk memilih calon yang dirasa baik di dalam bilik tanpa ada yang boleh mengintervensi sedikitpun. Karena, hal ini dilindungi oleh negara,” katanya.
Negara telah memberikan kebebasan, jangan sampai menganggap diri sendiri paling sempurna.
“Sehingga membelenggu orang lain untuk leluasa memilih calon sesuai dengan pandangan kita. Jangan sampai karena kita memilih pasangan calon A, lalu kita melarang saudara kita memilih calon B, C dan seterusnya,” kata H. Awaluddin.
Masyarakat diajak untuk menghormati kebebasan memilih dan tidak memaksa pilihan politik atau agama. Namun, mereka juga diingatkan tentang pentingnya menjaga kedamaian dan tidak menyebar kebencian.
Agama merupakan hal yang paling mendasar dan krusial dalam hidup ini. Meskipun demikian, Allah tetap tidak memperbolehkan seseorang memaksa orang lain yang tidak seakidah, untuk kemudian dipaksa supaya sama dengan keinginan seseorang lainnya.
“Apalagi sekedar pilihan dalam berpolitik. Allah Swt mengingatkan kita dalam FirmanNya:
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam beragama.” (QS Al Baqarah: 256)
Atau dengan istilah lain ‘tidak ada agama dalam keterpaksaan’. Dalam ayat lain, Allah menegaskan juga:
Artinya: “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS Al-Kâfirûn: 6)
Terhadap keesaan dalam bertuhan, Allah hanya mengakui Islam sebagai agama. Allah tidak pernah mengajarkan kita untuk memaksa orang lain untuk memilih Islam sebagai agama. Adapun orang yang memilih selain Islam, itu merupakan pilihan hidup. Nabi Muhammad sendiri pun diberikan wahyu oleh Allah, tidak akan bisa memberikan hidayah kepada orang yang beliau cintai. Hidayah merupakan hak prerogatif Allah Swt.
Artinya: “Sesunggunya kamu (Muhammad) tidak akan pernah bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai, tapi Allah lah yang memberikan petunjuk bagi siapa saja yang Ia kehendaki. Dia maha paling mengetahui terhadap orang yang diberikan petunjuk.” (QS Al-Qashah: 56)
Apakah Allah tidak mampu membuat semua orang menjadi beriman? Jawabnya, “Allah pasti mampu.” Namun demikian memang adanya. Allah menciptakan semuanya berpasang-pasangan. Ada yang baik dan buruk, ada orang yang mendapat petunjuk dengan yang tidak, ada orang yang beruntung dan celaka dan seterusnya. Masing-masing merupakan ciptaan Allah. Seandainya semua makhluk beriman, pastinya Allah mampu membuat hal itu semua. Namun tidak demikian kehendak Allah Swt. Allah berfirman:
Artinya: “Jika Tuhanmu berkehendak, pasti akan beriman semua penduduk bumi. Apakah kamu akan memaksa manusia hingga mereka iman semua?.” (QS Yunus: 99).
Dengan demikian, dapat kita pahami bersama, Allah melarang kita untuk memaksa siapa pun untuk sependapat dengan apa yang ada dalam isi otak kita, meskipun terhadap urusan agama yang begitu krusial. Apalagi hanya masalah kecenderungan pilihan politik atau berbeda calon yang didukung, semulia apa pun tujuan kita, seagamis apa pun landasan kita, sehebat apa pun otak kita, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memilih sesuai selera kita. Kita hanya boleh menyampaikan nilai-nilai saja dengan sewajarnya, tanpa memaksa. Rasulullah Muhammad ﷺ diberi pesan oleh Allah Swt. hanya untuk menyampaikan nilai-nilai, tidak sampai memaksa. Firman Allah:
Artinya: “Kewajibanmu tidak lain hanya menyampaikan (risalah).” (QS As-Syûra: 48)
Dalam berpolitik, jangan hanya karena beda pilihan calon yang didukung menjadikan alasan bagi kita untuk memutus tali persaudaraan, memutus tali pertemanan, dan memutus hubungan keluarga. Kita sebagai masyarakat Tana Samawa tidaklah patut menjadikan perbedaan pandangan politik sampai memutus hubungan-hubungan tersebut. Jika kita berpolitik karena Allah, lalu menjadikan kita putus hubungan saudara, teman dan keluarga, maka perlu kita koreksi lagi niat kita dalam berpolitik, perlu kita telaah lagi keberagamaan kita. Sejatinya tidak ada yang perlu dibela mati-matian dalam berpolitik hingga kita rela memutuskan semuanya.
Menurut H. Lahmuddin, Selain tidak boleh memaksa pilihan politik, seseorang juga dilarang menebar kebencian dengan menghujat, membully (menjelekkan) maupun menghina siapa pun yang berbeda pandangan.
“Bahkan Baginda Nabi pernah berpesan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, sampai kepada setan yang nyata-nyata dilaknat oleh Allah, kita dilarang mencaci makinya. Padahal kita pasti semua sudah tahu, setan merupakan musuh kita bersama. Kita tetap tidak boleh mengumpat, mencaci maki dan lain sebagainya. Kepada setan, kita diperintahkan oleh Allah untuk meminta perlindungan darinya, tanpa harus mengutuk, menghina dan mencaci maki setan. Rasulullah bersabda:
Artinya: Jangan kalian mencaci maki setan. Mintalah perlindungan Allah dari keburukannya.
Kemudian dalam surat Al-An’am ayat 108, Allah Swt menegaskan:
Artinya: “Dan janganlah kalian memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah. Hal itu akan menjadikan mereka mengolok-olok Allah dengan memusuhi tanpa pengetahuan.” (QS Al-An’am: 108)
Dari hadis dan ayat tersebut terdapat pelajaran, bahwa kita dilarang mencaci maki, membully siapa pun orang ataupun benda apa pun, walaupun terhadap hal-hal yang benar-benar keliru menurut ajaran agama. Apalagi hanya sekedar kepada orang yang berbeda calon pendukung dalam pilkada.
Uatadz Lahmuddin mengajak semua untuk sukseskan program pemerintah. Ciptakan pemilihan Presiden dan wakil Presiden yang damai, dengan tidak menebar kebencian dengan tujuan mencari ridla Allah subhânahu wa ta’âlâ.
“Tidak elok jika kita sebagai anak bangsa, sesama muslim, saling mencurigai, menghujat, menggunjing, dan mencari-cari celah kesalahan lawan pilihan politik, karena hal demikian dapat menyebabkan kekeruhan mental dan kekeruhan massal. Allah mengingatkan:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat: 12).
“Dengan semangat “Harmoni Pilihan,” kita berharap pemilihan presiden kali ini akan memberikan pemimpin yang dapat membawa kemajuan dan kedamaian bagi Tana Samawa. (01)